Pages

Kamis, 22 Agustus 2013

zakat 28

Monday, 12 August 2013
Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 28
zakat
Senin, 12 Agustus 2013



قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَ يَقُولُونَ الكَرْمُ ، إنَّمَا الكَرْمُ قَلْبُ المُؤْمِنِ ( صحيح البخاري )
" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Orang-orang banyak menyebut (anggur) "al karmu (kemuliaan)" padahal al karmu adalah hati seorang mukmin"
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Luhur, Yang telah mengundang kita ke dalam samudera لا إله إلا الله . Kita semua adalah undangan Ilahi untuk menjadi ummat dari semulia-mulia nabi, yang padanyalah samuderaلا إله إلا الله disempurnkan dengan kalimat محمد رسول الله shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga jadilah kita semua sebagai ummat sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dengan kehendak dan izin Allah subhanahu wata'ala. Sang Maha Indah, Allah subhanahu wata'ala terus mengasuh dan membimbing kita, seperti seorang bayi kecil yang diasuh, maka ia dimandikan, disuapi dan lain sebagainya, demikian pula pengasuhan Allah terhadap hambaNya namun pengasuhan Allah subhanahu wata'ala kepada kita lebih dari semua itu. Kita ketahui Allah telah menyiapkan untuk hamba-hambaNya makanan dan minuman yang berbeda-beda jenis dan rasa, menciptakan hewan-hewan yang berbeda-beda jenis dan berbeda rasa, dimana sebagian diantara hewan tersebut ada yang halal untuk dimakan dan sebagian ada yang haram dimakan, dan juga Allah subhanahu wata'ala menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang berbeda sebagai bahan pokok bagi manusia seperti beras, gandum dan lainnya sebagainya. Dan sejatinya seseorang hanya mencari makanan untuk dimakan karena setelah ia memakannya maka Allah lah yang mengaturnya, Allah yang menentukan jalur makanan yang ia makan untuk mengarah ke bagian sel-sel tubuh yang mana, dimana terdapat sel-sel tubuh yang mati dan terdapat sel-sel tubuh yang tumbuh, Allah yang mengetahui antara sel-sel tubuh yang aktif dan sel-sel tubuh yang tidak aktif dan alin sebagainya. Merupakan suatu hikmah Ilahi dan sebagai petunjuk untuk mereka yang telah lanjut usia, dimana seseorang berawal dari usia kecil ia lemah dan tidak mampu berbuat apa-apa, tidak mampu berjalan dan lainnya hingga ia mulai tumbuh besar dan dewasa dan ia mulai mampu berjalan, berlari, dan alinnya, hingga ia mencapai usia tua ia mulai kembali melemah, ketika ia akan berdiri maka ia tidak bisa berdiri secepat pemuda, begitu juga gerakan-gerakannya yang lain pastilah lebih lambat dari gerakan para pemuda, mengapa?, karena demikian itu untuk memudahkan mereka yang telah lanjut usia agar memperbanyak dzikir kepada Allah subhanahu wata'ala, dengan berbagai macam lafaz dzikir seperti kalimat "Allah, Allah" atau "Bismillaah", ketika akan duduk ia mengucap bismillah, ketika akan berdiri ia mengucap bismillah, sehingga dengan demikian Allah subhanahu wata'ala mempermudah mereka yang telah mencapai usia lanjut untuk selalu mengingat Allah subhanahu wata'ala, dengan menjadikan mereka tidak mampu bergerak cepat sebagaimana para pemuda maka mereka masih sempat untuk berdzikir kepada Allah subhanahu wata'ala, karena mereka telah mendekati panggilan Ilahi untuk meninggalkan kehidupan di alam ini. Ketika alam dunia ini disingkap dari penglihatan mata kita, maka seakan-akan kita menonton di bioskop dimana setelah selesai dan kita keluar, maka kita akan membawa fikiran-fikiran yang berbeda, begitu juga ketika mata kita terbuka akan keilahian Allah subhanahu wata'ala (ma'rifah billah) dan jika kita renungkan kita merasa bahwa diri kita hanya bersama Allah subhanahu wata'ala, namun secara tarbiyah maka membutuhkan 70.000 tabir cahaya yang membatasi makhluk dengan Allah subhanahu wata'ala, akan tetapi untuk ruh dan sanubari kita maka Allah subhanahu wata'ala anugerahkan kepada kita makna ma'iyyatllah (kebersamaan dengan Allah) sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ( البقرة : 186 )
" Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat ". ( QS. Al Baqarah : 186 )
Dimana menurut kacamati hati maka membutuhkan 70.000 tabir yang mana jika satu tabir saja tersingkap maka gunung pun hancur karena cahaya kewibawaan Allah subhanahu wata'ala, namun dalam firman Allah ini Allah menjelaskan bahwa jika hamba bertanya kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tentang Allah subhanahu wata'ala maka sungguh Allah Maha dekat dengan hambaNya, bagaimana tidak karena seluruh sel kita diasuh oleh Allah subhanahu wata'ala, setiap gerak-gerik kita diatur oleh Allah subhanahu wata'ala, ketika kita berjalan maka ribuan juta sel bergerak dan hal itu dengan kehendak dan izin Allah subahanahu wata'ala, bukan diri kita yang memerintahkan kaki kita untuk bergerak dan berjalan, karena meskipun kita mempunyai kaki jika Allah berkehendak maka Allah mampu untuk menjadikan kita tidak bisa berjalan. Sebagaimana kita dapati ada diantara manusia yang bisa berjalan dan diantara mereka ada yang tidak bisa berjalan, diantara mereka ada yang dapat melihat dan diantara mereka tidak dapat melihat, hal demikian menunjukkan bahwa segala sesuatu ada yang mengatur dan mengasuhnya, Dialah Yang Maha Tunggal Allah subhanahu wata'ala, yang telah menghadiahkan kepada kita semulia-mulia nabi, seindah-indah makhluk yang berakhlak luhur, makhluk yang paling berlemah lembut dan paling berkasih sayang setelah Yang Maha Berkasih kasih sayang melebihi semua yang berkasih sayang, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana yang telah dikabarkan Allah kepada kita dalam firmanNya subhanahu wata'ala :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ ( التوبة : 128 )
" Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaa n kalian , sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian , s a ng at be r kasih sa yang terhadap orang-orang mukmin ". ( QS. At Taubah : 128 )
Kalimat " iman" disini kita kaitkan dengan hadits yang tadi kita baca, sebagaiamana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani dalam kitab Fath Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa dahulu di masa jahiliyah orang-orang quraisy memenamakan buah anggur (bukan khamr/arak) dengan sebutan "al karmu", namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang hal itu kemudian beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
إِنَّمَا الْكَرْمُ قَلْبُ الْمُؤْمِنِ
" Sesungguhnya Al Karmu (kemuliaan) adalah hati seorang mukmin"
Tiada yang lebih dermawan dan mulia diantara seluruh makhluk Allah subhanahu wata'ala dari sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, tiada yang lebih dermawan dari nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kecuali Yang Maha Dermawan Rabbul 'alamin subhanahu wata'ala. Oleh karena kedermawanan Allah subhanahu wata'ala diciptakanlah surga. Suatu masa atau alam yang akan datang kepada kita dimana ketika itu tiada tempat lain kecuali surga dan neraka sebagai tempat orang-orang yang baik dan tempat orang-orang yang jahat. Allah subhanahu wata'ala Maha Baik karena sesungguhnya orang-orang yang kekal di neraka adalah mereka yang seandainya dikembalikan ke muka bumi maka mereka akan kembali kufur terhadap Allah subhnahu wata'ala. Sungguh Allah sangat Maha Berlemah lembut dan berkasih sayang sehingga menciptakan surga kekal untuk para penghuninya, namun tidak menjadikan penghuni neraka kekal didalamnya kecuali mereka yang jika dikembalikan ke dunia maka mereka tetap dalam kekufuran, sehingga mereka dikekalkan di dalam neraka selama-lamanya. Dan surga adalah tempat kenikmatan, tempat kedermawanan Ilahi berpijar dari 99 macam rahmat Allah subhanahu wata'ala yang disimpan untuk ummat sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Disebutkan dalam riwayat ketika nabiyullah Musa As berkata kepada Allah : "Ya Allah aku melihat suatu ummat dan mereka adalah semulia-mulia ummat dan kelompok yang paling banyak dari mereka yang mengisi surga, jadikanlah mereka itu ummatku" , maka Allah subhanahu wata'ala menjawab : " Itu ummat Muhammad" shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian nabi Musa As berkata : "Wahai Allah aku melihat suatu ummat yang mendapatkan panggilan untuk melakukan ibadah haji dan umrah ke Baitul Haram dalam setiap tahunnya dan mereka mendapatkan kemuliaan dan pengampunan, jadikanlah itu ummatku" , maka Allah subhanahu wata'ala menjawab : " Itu adalah ummat Muhammad" shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian sayyidina Musa As kembali berkata : "Wahai Allah, aku melihat suatu ummat yang terakhir dibangkitkan namun mereka memasuki surga lebih dulu, jadikanlah mereka ummatku", Allah subhanahu wata'ala menjawab : "Itu ummat Muhammad" shallallahu 'alaihi wasallam , maka nabi Musa As berkata :"Ya Allah maka jadikanlah aku sebagai ummat Muhammad" shallallahu 'alaihi wasallam, Allah subhanahu wata'ala menjawab : "Engkau wahai Musa dan seluruh para nabi berada di bawah naungan panji Muhammad" shallallahu 'alalihi wasallam.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Hadits ini merupakan undangan dari Allah subhanahu wata'ala kepada kita semua untuk menjadi hamba yang lebih dermawan, dengan sabda nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam :
إِنَّمَا الْكَرْمُ قَلْبُ الْمُؤْمِنِ
" Sesungguhnya Al Karmu (kemuliaan) adalah hati seorang mukmin"
Dimana kalimat "Al Karm" secara bahasa bermakna kemuliaan atau kedermawanan, namun orang quraisy menggunakannya sebagai sebutan dari buah anggur karena bagi mereka buah anggur merupakan buah yang paling nikmat. Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab dengan hadits tersebut, bahwa kedermawanan yang tersimpan dalam sanubari seorang yang beriman itulah yang disebut "Al Karm". Dalam hadits ini tidak ada perintah untuk kita berderma, akan tetapi hadits ini memanggil sanubari untuk kita menjadi orang yang dermawan. Siapa yang tidak ingin hatinya menjadi mulia di sisi Allah, hati yang berpijar dengan ketenangan dan kesejukan, hati yang dimuliakan oleh Allah di dunia dan di akhirat, siapa yang tidak ingin dicintai oleh Allah rabbul 'alamin pemilik alam jagat raya semesta, Yang Maha Tunggal mencipta alam semesta dari tiada, pastinya semua orang ingin dicintai oleh Allah subhanahu wata'ala dan dicinati oleh makhluk tercinta, pembuka cinta Allah subhanahu wata'ala, nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, demikian seruan luhur yang tersimpan dalam hadits mulia ini bagi setiap orang muslim untuk menjadi orang yang dermawan, karena dengan kedermawanan itu maka berarti ia telah mendapatkan gelar atau stempel dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa ia seorang mukmin. Namun demikian Allah subhanahu wata'ala juga mempunyai perintah bagi kita untuk mengeluarkan harta dengan perintah yang sharih (terang-terangan).
Sebagaimana pembahasan kita dalam kitab Ar Risaalah Al Jaami'ah kita masih dalam pembahasan zakat, kita ketahui bahwa zakat adalah mengeluarkan harta, adapun hukum mengeluarkan harta ada yang wajib dan ada yang sunnah, dimana yang sunnah disebut dengan shadaqah sedangkan yang wajib disebut zakat. Dan hadits ini mengarahkan orang-orang yang telah mengeluarkan harta yang wajib (zakat) untuk menaiki derajat yang lebih tinggi lagi, tidak hanya dengan mengerjakan hal yang wajib namun juga melakukan hal yang sunnah yaitu dengan bersedekah. Oleh sebab itu pula syari'at Islam membatasi kelompok-kelompok yang berhak menerima zakat yang mana terdapat 8 golongan, sebagaimana yang telah kita bahas pada majelis yang lalu, namun orang-orang yang menerima shadaqah tidak dibatasi sehingga siapa saja boleh menerimanya termasuk juga masjid, majelis ta'lim, pesantren dan lainnya. Dan hal penting yang perlu kita perhatikan dalam masalah zakat adalah bahwa zakat profesi yang dikeluarkan setiap bulan itu adalah sebuah kebathilan karena tidak ada dalam syari'at Islam dan jika orang yang mengeluarkannya mengetahui hal tersebut maka ia berdosa besar, karena telah menambah hal yang fardhu dari yang telah ditentukan oleh nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, seperti halnya seseorang melakukan puasa Ramadhan lebih dari sebulan karena ia telah banyak melakukan dosa atau yang lainnya maka hal ini adalah suatu kebathilan. Adapun jika mengeluarkan hartanya setiap bulan dengan niat shadaqah dari profesi maka hal ini adalah suatu keluhuran, baik mengeluarkannya dalam jumlah tertentu atau tidak dalam setiap bulannya, atau mungkin dengan mencontoh akhlak sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra yang menghadiahkan seluruh hartanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dimana tidak semua orang yang diterima oleh beliau shallallahu 'alaihi wasallam untuk menginfakkan seluruh hartanya, namun beliau melihat terlebih dahulu kekuatan iman orang tersebut, atau mungkin ada kebutuhan lain yang ia perlukan. Adapun sayyidina Abu Bakr As Shiddiq, ayah beliau adalah seorang yang buta suatu waktu ia berkata kepada sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra : "Sebelum engkau pergi sisakanlah beberapa potong emas untuk keluargamu", maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq meletakkan beberapa potong batu sebagai ganti dari potongan-potongan emas, tidak sedikit pun harta yang tertinggal namun semuanya dihadiahkan untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata :"Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu wahai Abu Bakr?", sayyidina Abu Bakr Ra menjawab : "Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan RasulNya". Sedangkan sayyidina Utsman bin 'Affan Ra ketika akan menginfakkan seluruh hartanya maka hal itu tidak diterima oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, namun beliau diperintah oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk meneruskan perdagangannya karena kelak perdagangannya akan berlimpah sehingga beliau dapat berinfak lebih banyak dari saat ini, begitu juga dengan beberapa para sahabat yang lainnya ketika menginfakkan hartanya untuk kepentingan dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam melihat terlebih dahulu keadaan dari setiap mereka, demikian derajat kedermawanan para sahabat nabi dengan bimbingan tarbiyah dari beliau shallallahu 'alaihi wasallam.
Jika terjadi suatu permasalahan bagaimana dengan seseorang yang memberikan hibah (hadiah) berupa harta untuk janin yang masih berada di dalam kandungan, apakah harta tersebut wajib dizakati atau tidak?, tentunya tidak karena harta itu belum mencapai haul (1 tahun), begitu juga jika janin belum keluar hingga setahun lebih sedangkan harta telah mencapai haul (1 tahun) maka tidak wajib dizakati karena ia belum hidup di dunia, dan jika ia lahir kemudian meninggal maka hartanya beralih untuk ahli warisnya. Demikian pembahasan bab zakat dalam kitab Ar Risaalah Al Jaami'ah.
Pembahasan berikutnya, disebutkan dalam kitab Ar Risaalah Al Jaami'ah :
وَصَوْم رَمَضَانَ وَحِجّ اْلبَيْتِ مَن اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً
" Dan puasa ramadhan, dan haji ke baitullah (Ka'bah) bagi yang mampu menjalankannya "
Rukun Islam yang keempat adalah puasa, secara bahasa As Shaum bermakna Al Imsaak yaitu menahan, sedangkan menurut syariat adalah:
اَلْاِمْسَاكُ عَنْ جَمِيْعِ الْمُفْطِرَاتِ عَلَى وَجْهٍ مَخْصُوْصٍ
" Menahan dari segala hal yang membatalkan (puasa) dengan bentuk/cara tertentu"
Adapun yang dimaksud dengan "dengan bentuk/cara tertentu" diantaranya adalah dalam waktu tertentu dengan syarat-syarat tertentu, dimana waktunya mulai dari waktu fajar hingga terbenam matahari, dan juga ada hal-hal yang membatalkan puasa seperti murtad dan lainnya. Adapun makna Ramadhan secara bahasa adalah رمض يرمض yaitu mencabut, dan menurut pendapat yang paling mudah dari penjelasan para ulama' menyebutkan bahwa makna Ramadhan adalah mencabut dosa-dosa atau mencabut orang-orang yang semestinya tertulis dalam kelompok penduduk neraka diganti dan dipindahkan menjadi penduduk surga. Semoga seluruh dosa, musibah dan penyakit kita terbawa oleh ramadhan, dan kita semua termasuk kelompok yang dibebaskan dari api neraka, amin allahumma amin.
Kemudian rukun Islam yang kelima adalah Haji, adapun "Al Hajj" secara bahasa adalah "Al Qashd" (keinginan atau menuju). Sedangkan secara syariat Haji adalah Menuju bait Al Haram (Ka'bah) untuk melakukan ibadah dengan cara atau bentuk tertentu. Dan haji diwajibkan bagi yang mampu melakukannya, adapun jika seseorang tidak mampu melakukannya seperti seseorang yang telah tua renta, maka boleh diwakilkan kepada orang lain meskipun ia masih hidup dan terlebih lagi orang yang telah wafat, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Shahih Al Bukhari dimana salah seorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang ibunya yang telah wafat namun belum melakukan haji, apakah ia menghajikan untuknya ; apakah pahalanya sampai kepadanya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengiyakan dan memerintahnya untuk melakukan haji untuk ibunya. Dan hal ini juga merupakan salah satu dalil yang shahih dan sharih akan sampainya pengiriman pahala kepada orang yang telah wafat. Namun kelompok-kelompok di zaman sekarang mengatakan bahwa pahala itu tidak sampai, jika demikian ya sudah itu maunya mereka, bukan maunya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
اَلْأَرْوَاحُ جُنُوْدٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا اِئْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اِخْتَلَفَ
" Ruh-ruh itu bagaikan tentara yang saling berpasangan maka yang saling mengenal akan menyatu, dan yang saling mengingkari akan berselisih"
Ketika seseorang mencintai yang lainnya maka ruhnya kelak akan bersama yang dicintainya. Seluruh madzhab kalangan ahlusunnah wal jama'ah mengatakan bahwa mengirim pahala untuk yang telah wafat akan sampai kepadanya, demikian juga dalam madzhab Syafi'i sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam An Nawawi dalam kitab Al Majmuu' bahwa pendapat yang masyhur dalam hal ini adalah tidak sampainya pahala tersebut kepada yang telah wafat, namun pendapat yang shahih mengatakan bahwa pahala tersebut sampai kepada yang telah wafat. Begitu halnya orang hidup yang dikirimi pahala maka pahala itu juga akan sampai kepadanya, dimana diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika menyembelih hewan kurban beliau shallallahu 'alaihi wasallam berdoa :
بِاسْمِ اللهِ اَللّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ
" Dengan nama Allah, Ya Allah terimalah (kurban) dari Muhammad, dan dari keluarga Muhammad dan ummat Muhammad"
Maka seluruh ummat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam akan mendapatkan pahala kurban, namun sebagian pendapat ulama' mengatakan bahwa mereka yang mendapatkan pahala kurban Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah mereka yang tidak mampu berkurban. Dalam kejadian lain, suatu waktu ketika peristiwa Bai'at Ar Ridwan sayyidina Utsman bin Affan Ra tidak hadir dalam bai'at, maka ketika itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat salah satu tangan beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata bahwa tangan itu menggantikan tangan sayyidina Utsman bin 'Affan Ra yang tidak hadir dalam bai'at agar juga mendapatkan pahala kemuliaan bai'at. Begitu juga pada perang Badr Al Kubra sayyidina Utsman bin Affan Ra tidak hadir dalam peperangan namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata bahwa beliau mendapatkan kemuliaan dan pahala Badr Al Kubra, dan ketika itu sayyidina Utsman bin Affan Ra masih hidup, demikian dalil-dalil yang menunjukkan sampainya pengiriman pahala untuk yang masih hidup atau yang sudah wafat, namun harus disertai dengan keikhlasan. Ikhlas adalah mengerjakan sesuatu semata-mata karena Allah subhanahu wata'ala. Dan disebutkan oleh Al Imam Ahmad bin Zein Al Habsyi sebagai peringatan bahwa barangsiapa yang tidak disertai keikhlasan dalam setiap amalannya maka ia adalah seorang yang munafik, dan barangsiapa yang tidak mempercayai atau mengimani rukun Islam dengan hatinya maka ia adalah seorang kafir. Namun tentunya tidak dengan mudah menghukumi seseorang munafik karena ia tidak ikhlas dalam beramal, adapun perkataan Al Imam Ahmad tersebut sebagai pendorong agar orang-orang yang tidak ikhlas dalam beramal berusaha untuk meninggalkan sifat-sifat riya', sombong , ujub dalam beramal menuju pada keikhlasan. Demikian juga perkataan Al Imam Ahmad bahwa orang yang tidak mempercayai rukun Islam dengan hatinya maka ia adalah seorang kafir, perkataan tersebut adalah sebagai pendorong bagi kita agar kita senantiasa berusaha untuk tidak terjebak ke dalam kekufuran.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Berikut ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan, pertama bahwa Tabligh Akbar malam Ahad yang akan datang kita akan adakan secara besar-besaran di Masjid Raya Al Hidayah Tebet dan sekaligus doa untuk hari kemerdekaan RI dan setelahnya kita akan konvoi dengan tertib untuk ziarah kubra, sebagaimana baliho telah kita pasang di beberapa tempat, maka saya harapkan para jama'ah dari seluruh wilayah Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan untuk hadir majelis, dan juga jika ada waktu bagi para jama'ah dari luar wilayah seperti Bogor dan sekitarnya untuk hadir majelis dan ziarah bersama. Kedua bahwa majelis kaum wanita akan mulai dibuka pada hari Ahad tanggal 18 Agustus 2013 di kediaman saya. Ketiga bahwa majelis mingguan malam Jum'at maulid nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan syarah kitab Ar Risaalah Al Jaami'ah minggu depan akan kembali dimulai.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala semoga Allah subhanahu wata'ala melimpahkan rahmat dan kebahagiaan kepada kita, semoga cahaya keimanan berpijar dalam sanubari kita, sehingga dengan demikian kita memahami bahwa yang senantiasa bersama kita hanyalah Allah subhanahu wata'ala, yang mengasuh kita dalam segala keadaan kita hanyalah Allah subhanahu wata'ala, yang mengatur segala ketentuan kita adalah Allah subhanahu wata'ala, namun demikian kita masih dibukakan pintu-pintu untuk berdoa dan meminta apa-apa yang kita inginkan, dimana jika doa itu tidak dikabulkan maka akan dihapuskan satu dosa atau musibahnya, alangkah indahnya Yang Maha Baik. Kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala, mensucikan diri kita dari banyaknya kotoran dan kesalahan, Ya Allah Engkau telah mengundang kami untuk sampai ke samudera Laa ilaaha Illaa Allah Muhammadun Rasulullah, sehingga kami menjadi ummat sayyidina Muhamamd shallallahu 'alaihi wasallam karena undanganMu, semoga kami semua yang hadir dijauhkan dari musibah dan setelah kami melewati ramadhan limpahkanlah anugerah yang banyak di dunia dan akhirah dan jadikanlah kami kelompok orang-orang yang dibebaskan dari api neraka, dan dilimpahi kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirah.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ .
Selanjutnya kita bersalam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan kita terus berdoa agar Allah subhanahu wata'ala membenahi keadaan kita, keluarga kita, wilayah kita, kota kita dan bangsa kita, dan semua para pejabat yang barangkali terlibat dalam kesalahan semoga Allah membimbing mereka pada kebenaran atau mengganti mereka dengan yang lebih baik, dan kita juga berdoa agar para ulama', umara' dan rakyat bersatu untuk saling membenahi dan menjalankan tugas-tugasnya masing, yang berpolitik menjalankan politiknya namun dengan penuh kecintaan kepada sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, yang berdagang mengerjakan dagangannya namun ia tetap mencintai sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, demikian juga yang mempunyai aktivitas lainnya kesemuanya mencintai nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah dan RasulNya semampunya. Haul Ahlu Al Badr telah kita lewati, namun semangat Ahlul Al Badr tidak akan hilang dari dalam diri kita, insyaallah dalam akhir bulan September atau awal November adalah kedatangan guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Hafizh, yang insyaallah beliau akan berada di Jakarta selama 4 hari dan hari-hari lainnya akan berkunjung ke beberapa wilayah di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa majelis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam biasanya diberi kepercayaan untuk mengurus transportasi, perizinan dan lainnya dari hal-hal yang dibutuhkan oleh beliau semoga Majelis Rasulullah dapat menjalankannya dengan baik dan semoga acara-acara di waktu yang akan datang berlangsung sukses, amin allahumma amin. Marilah bangkit dengan semangat Ahlul Badr untuk kita bersiap-siap menyambut kedatangan guru mulia kita Al Musnid Al 'Arif billah Al Habib Umar bin Hafizh semoga beliau senantiasa dalam 'afiyah dan dilimpahi kekuatan oleh Allah subhanahu wata'ala dan dipanjangkan umur beliau, kita masih membutuhkan sosok ulama' seperti beliau dimana hari-hari beliau terus dipenuhi dengan kesibukan dakwah, semoga Indonesia adalah salah satu bangsa yang beliau cintai karena merupakan negara yang paling banyak kaum muslimin dan para habaib, amin allahumma amin. Kita bersalam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian kita doa penutup dan kalimat talqin oleh Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas, yatafaddhal masykura.

Senin, 12 Agustus 2013

zakat

Monday, 05 August 2013
Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 17
zakat
Senin, 5 Agustus 2013


عَنِ ابنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعاً مِنَ تَمْرِ، أَوْ صَاعاً مِنَ شَعِيْرٍ عَلَى الْعَبْدِ، وَالْحُرِّ، وَالذَّكَرِ، وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيْرِ، وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ .
(رواه البخاري)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah Yang Maha Luhur, jiwa dan sanuibari kita merintih dan kelu karena akan berpisah dengan bulan yang setiap detiknya penuh dengan cahaya, setiap nafas penuh dengan cahaya, bulan yang penuh cahaya pemimpin semua bulan, bulan ketika diturunkan Al qur'an Al Karim, bulan disaat sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam meminta kepada istrinya sayyidah Khadijah untuk diselimuti seraya berkata : "zammiluuni, zammiluuni ( selimuti aku ) ", dalam keadaan yang begitu dahsyat sebab pertama kali berjumpa dengan malaikat Jibril As, hingga cahaya itu (Al qur'an) mulai diturunkan di malam 17 Ramadhan. Dan kejadian itu terjadi 13 tahun sebelum keberangkatan nabi ke Madinah Al Munawwarah untuk hijrah, yang malam pertamanya adalah malam turunnya Al Qur'an di malam yang mencekam dan gelap gulita, tiba-tiba datanglah malaikat Jibril As membawa firman-firman Allah subhanahu wata'ala, dimana wahyu yang pertama turun adalah surat Al 'Alaq ayat 1-5. Dan dalam keadaan demikian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam merasa kebingungan akan apa yang telah terjadi pada beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau bersedih kemudian berkata kepada sayyidah Khadijah Ra, yang artinya : "Aku risau terhadap diriku", karena telah menyaksikan atau telah terjadi padanya hal-hal yang aneh, maka sayyidah Khadijah Ra berkata, yang bermakna : "Demi Allah, engkau adalah orang yang menyambung tali silaturrahim, engkau membantu orang-orang yang kesusahan, engkau menjenguk orang yang sakit, dan engkau orang yang jujur, sungguh Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya wahai Muhammad". Maka sayyidah Khadijah Ra membawa beliau shallallahu 'alaihi wasallam kepada salah seorang lelaki dari kerabatnya yang bernama Waraqah bin Naufal, dan setelah dijelaskan kepadanya semua yang terjadi pada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, maka lelaki itu berkata : "Itu adalah Namuus". Namuus berasal dari bahasa Ibrani yang bermakna Jibril As yang membawa wahyu. Kemudian lelaki itu berkata bahwa akan turun wahyu kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau akan terusir dari kaummya, dan jika lelaki itu masih hidup hingga di waktu beliau diusir oleh kaumnya maka ia akan menjadi pendukung dan pembela nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Dan setelah itu ayat-ayat Al qur'an pun turun kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam dengan berangsur, hingga sampai pada suatu waktu ayat-ayat tidak lagi turun kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam, disebutkan dalam riwayat bahwa masa itu sampai 6 bulan sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam merasa bingung dan sedih karena malaikat Jibril As tidak lagi datang menemui beliau shallallahu 'alaihi wasallam, dan juga cemoohan orang-orang kafir yang menganggap nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah sembuh dari penyakit yang dideritanya dan syaitan telah pergi dari beliau karena tidak lagi menerima wahyu dari Allah subhanahu wata'ala, demikian tuduhan-tuduhan para kuffar quraisy terhadap nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Namun kerisauan dan kesedihan beliu shallallahu 'alaihi wasallam dijawab oleh firman Allah subhanahu wata'ala :
وَالضُّحَى، وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى، مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى، وَلَلْآَخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى، وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى ( الضحى : 1-5 )
" Demi waktu dhuha , dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu ti dak meninggalkanmu dan ti dak (pula ) mem bencimu, dan sesungguhnya (kehidpan) akhir at itu lebih baik bagimu dari permulaan (dunia). Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, hingga engkau menjadi puas ". ( QS . Ad Dhuha : 1-5 )
Al Imam Ibn Abbas dalam tafsirnya menjelaskan bahwa para sahabat belum pernah merasa gembira melebihi kegembiraan mereka dengan ayat ini :
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى (الضحى : 5 )
"Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, hingga engkau menjadi puas". ( QS . Ad Dhuha : 1-5 )
Bahwa Allah subhanahu wata'ala akan memberikan anugerah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga beliau puas dan tenang. Dan para sahabat mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak akan pernah merasa tenang jika satu dari ummat beliau shallallahu 'alaihi wasallam masih berada di dalam api neraka, namun beliau akan terus memintakan untuknya syafaat kepada Allah subhanahu wata'ala agar dikeluarkan dari api neraka, hingga jeritannya berhenti dari panasnya dan siksaan api neraka, maka jika ada diantara kita semua (wal'iyadzubillah) belum sempat bertobat sehingga ia harus terlebih dulu singgah ke dalam neraka, sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak akan ridha hingga semua ummat beliau shallallahu 'alaihi wasallam yang terdahulu dan yang akan datang berada di dalam surga. Dan ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah subhanahu wata'ala akan memberikan anugerah kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan menjawab semua doa-doa beliauu hingga beliau ridha dan puas. Disebutkan dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa setiap nabi diberi kesempatan untuk meminta, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak memintanya akan tetapi menyimpannya hingga kelak di hari kiamat yaitu syafaat beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Demikianlah keindahan dan kemuliaan sosok sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
Demikian sedikit penjelasan tentang nuzul Al qur'an karena kita tidak membahasnya di acara haul ahlu Al Badr. Adapun mengenai ahlu Al Badr kita semua mempunyai gambaran tentang mereka, dimana mereka adalah orang-orang yang mulia, orang-orang yang berhati luhur, tidak menyakiti dan menzhalimi yang lain, yang dianatara sifat-sifat mereka disebutkan dalam firman Allah subhanahu wata'ala :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ) الفتح : 29 )
" Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan nya adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud ". ( QS. Al Fath : 29 )
Dimana salah satu dari sifat mereka adalah :
أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
"Keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka".
Bahwa mereka sangat keras kepada orang-orang kafir, dan berlemah lembut kepada sesama mereka. Para ulama' ahli tafsir menjelaskan bahwa hal itu yang dimaksud adalah kerasnya keinginan para sahabat agar orang-orang kafir beriman. Bukan bersikap kasar dan bengis kepada non muslim, karena sifat bengis kepada non muslim adalah mengingkari ajaran sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berdasarkan atas dalil-dalil dari Al qur'an dan hadits serta perbuatan-perbuatan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Diantaranya firman Allah subhanahu wata'ala :
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآَمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ ( يونس : 99 )
" D an jika Tuhanmu menghendaki, tentulah semua orang yang di muka bumi beriman seluruhnya. Maka apakah engkau (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? ". ( QS. Yunus : 99 )
Adapun kalimat tanya dalam ayat diatas adalah sebagai perintah untuk tidak membenci orang-orang yang tidak beriman, karena hidayah datangnya dari Allah subhanahu wata'ala. Justru mereka harus dikasihani dan didoakan semoga mendapat hidayah dari Allah subhanahu wata'ala.
Selanjutnya kita kembali pada pembahasan kitab Ar Risalah Al Jami'ah tentang zakat fitrah, dalam riwayat sayyidina Abdullah bin Umar Ra menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah dengan 1 sha' yaitu 4 mud nabawy atau kurang lebih 3,5 liter. Dan dijelaskan dalam kitab-kitab Fiqh dan ini adalah masalah yang didalamnya terdapat khilaf, bahwa zakat fitrah dalam pendapat yang terkuat tidak boleh menunaikannya kecuali dengan bahan pokok daerah tersebut, namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa zakat fitrah boleh dibayar dengan uang atau yang lainnya yang disukai oleh orang-orang fakir miskin. Sejatinya tidak boleh mengeluarkan zakat fitrah kecuali dengan bahan pokok daerah tersebut,mengapa? karena dalam syariat Islam ada juga zakat maal (harta), zakat tijarah (barang dagangan) dan lainnya, sehingga zakat yang berupa uang diterima dari zakat-zakat selain zakat fitrah. Namun sayangnya karena tidak ada zakat lain yang ditunaikan selain zakat fitrah baik di negara ini atau di negara-negara lainnya kecuali sangat sedikit, sehingga kaum muslimin tidak mengenal zakat-zakat yang lainnya kecuali zakat fitrah. Dan zakat fitrah wajib dikeluarkan oleh semua muslimin baik ia seorang yang merdeka, seorang budak (hamba sahaya), lelaki atau wanita, dewasa atau anak-anak, maka mereka semua wajib menunaikan zakat fitrah. Adapun batas akhir mengeluarkannya adalah sebelum selesai shalat ied, dan jika diundur hingga lewat hari ied pertama tanpa ada uzur maka haram hukumnya, namun ia tetap harus mengeluarkannya dan ia berdosa karena telah mengakhirkannya. Misalnya ada seseorang hidup dan tinggal di Jakarta sebatang kara, kemudian ia pergi untuk melakukan Umrah lalu ia kembali ke Jakarta namun setelah tiba di Jakarta idul fitri telah lewat dan ia belum membayar zakat fitrah karena ia harus membayarnya di tempat ia tinggal, maka dalam hal ini ia tetap harus mengeluarkan zakat fitrah. Karena zakat fitrah untuk mensucikan badan kita dari banyaknya dosa-dosa yang ada di dalam badan kita, dosa-dosa dari penglihatan, pendengaran, perkataan, perbuatan dan lainnya, maka hal-hal demikian perlu untuk dibersihkan dan disucikan.
Adapun golongan yang berhak menerima zakat ada 8 golongan namun di zaman sekarang menjadi 7 golongan, sebagaimana dalam firman Allah subhanahu wata'ala :
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ( التوبة : 60 )
" Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang lemah hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk (orang-orang) yang jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana ". ( QS. At Taubah : 60 )
Golongan yang pertama adalah para orang-orang fakir yaitu mereka yang penghasilannya kurang dari 50% dari kebutuhannya, sebagai contoh seseorang memiliki penghasilan setiap bulannya kurang dari 50.000 rupiah sedangkan kebutuhannya setiap bulannya 100.000 rupaiah maka ia termasuk fakir dna berhak menerima zakat. Kedua, orang-orang miskin yaitu mereka yang mempunyai penghasilan atau pemasukan sebanyak 80% dari kebutuhannya, sebagai contoh seseorang dan keluarganyauntuk mencukupi kebutuhan selama sebulan mereka memerlukan 1.000.000 rupiah setiap bulannya, sedangkan penghasilannya setiap bulan hanya 800.000 rupiah maka orang tersebut termasuk orang miskin dan berhak menerima zakat. Ketiga, 'amil zakat (orang-orang yang bekerja mengurusi zakat) karena ia juga mengorbankan waktunya untuk hal tersebut sehingga ia juga berhak menerima zakat, namun para 'amil zakat perlu untuk diperhatikan oleh para ulama' karena terkadang zakat belum diberikan kepada fakir miskin si 'amil justru mengambil zakat terlebih dahulu, maka jangan sampai terjadi hal yang seperti ini. Keempat adalah Muallaf ( orang yang baru masuk Islam) ia berhak menerima zakat. Kelima adalah budak yang minta dimerdekakan dan golongan ini tidak lagi ada di zaman sekarang. Keenam adalah Ghaarimiin (orang-orang yang terbelit hutang) untuk sesuatu di jalan Allah atau untuk kemaslahatan agama Islam dan bukan untuk maksiat dan lainnya, adapun masjid, pesantren atau majelis ta'lim maka tidak boleh dibayarkan zakat untuknya. Jika misalnya ada suatu masjid tua yang hampir roboh, kemudian ada seseorang yang akan memperbaikinya atau merenovasinya namun dengan uang zakat dari hartanya sebanyak 500.000.000,- maka hal ini tidak diperbolehkan, lalu bagaimana dengan masjid yang sudah hampir roboh apa dibiarkan saja karena tidak ada yang dapat membantu?!, dalam kasus seperti ini ada cara yang diajarkan oleh para fuqaha' (ulama' ahli fiqh) yaitu dengan meminta seseorang untuk meminjam uang 500.000.000,- kepada orang yang akan membayar zakat hartanya maka orang yang berhutang tersebut berhak menerima zakat karena ia berhutang karena sesuatu di jalan Allah, maka uang yang 500.000.000 dapat diberikan kepada orang yang berhutang tersebut sebagai zakat harta. Begitu juga halnya pimpinan pesantren atau ma'had yang mempunyai hutang maka ia berhak menerima zakat, bukan pesantren atau ma'hadnya. Ketujuh adalah Fi sabilillah yaitu orang-orang yang berjihad di jalan Allah subhanahu wata'ala, jika mereka tidak mendapatkan dana bulanan (gaji), adapun seperti para tentara yang setiap bulannya mendapatkan dana bulanan maka mereka tidak berhak mendapatkan zakat. Kedelapan adalah Ibn As Sabiil yaitu orang yang ingin melakukan perjalanan bukan dalam maksiat namun ia tidak mampu untuk melakukan perjalanan tersebut kecuali jika mendapatkan bantuan, atau di zaman sekarang sebagai contoh seseorang yang ingin pulang ke rumahnya namun ia kehabisan bekal atau semua barang-barang dirampok sebelum ia sampai ke rumahnya, maka ia berhak mendapatkan zakat sebanyak kebutuhan hingga ia tiba ke rumahnya. Demikian penjelasan tentang zakat, pembahasan berikutnya kita lanjutkan di majelis yang akan datang, Insyallah.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala, ingatlah bahwa kesedihan kita sebab berpisah dengan bulan Ramadhan adalah sebagai tanda bahwa Ramadhan kita maqbul (diterima) oleh Allah subhanahu wata'ala, amin allahumma amin. Dan janganlah sampai terlintas dalam fikiran kita agar bulan Ramadhan segera berlalu, namun sebalikanya kita harus bersedih karena Ramadhan akan segera meninggalkan kita. Sebagaiman para ulama' ahli ma'rifah billah mereka ketakutan dan merasa sedih ketika masuk hari-hari terakhir Ramadhan, karena di hari-hari selain Ramadhan kasih sayang Allah subhanahu wata'ala tidak sebesar di bulan Ramadhan. Maka kita memohon kepada Allah subhanahu wata'ala semoga Allah senantiasa berkasih sayang kepada kita di bulan Ramadhan atau selain bulan Ramadhan dengan kasih sayang yang sama, amin allahumma amin.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ .
Terakhir Diperbaharui ( Monday, 05 August 2013 )

Jumat, 09 Agustus 2013

Makna Kalimat Syahadah “Laa ilaaha illaa Allah”

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa   
Monday, 08 July 2013
Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 13
Makna Kalimat Syahadah “Laa ilaaha illaa Allah”
Senin, 8 Juli 2013


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ رأى مِنْ أَمِيرِه شَيْئًا فَكَرِهَهُ فَلْيَصْبِرْ ، فَإِنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ يُفَارِقُ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَيَمُوْتُ إِلَّا مَاتَ مَيْتَةً جَاهِلِيَّةً (صحيح البخاري ) عن النبي صلى الله عليه وسلم : مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيْرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُّلْطَانِ شِبْرًا مَاتَ مَيْتَةً جَاهِلِيَّةً ( صحيح البخاري )
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha menyejukkan jiwa dan Maha menenangkan hamba dalam kesedihannya, Yang Mampu menjadikan orang-orang yang tersiksa dapat tertawa, orang-orang yang berada di penjara masih dapat tertawa, orang-orang fakir dan miskin masih bisa seang dan bergembira, karena Sang Maha Penyejuk jiwa memberikan kesejukan dalam jiwa-jiwa mereka yang dikehendakiNya agar hati mereka menjadi tenang dan damai.
Dan jika Allah subhanahu wata’ala mencabut kesejukan dari dalam hati seseorang maka sebanyak apapun harta yang ia miliki atau semakin bertambah harta tersebut maka hatinya pun akan semakin bingung dan resah, dan selalu merasa berada dalam keadaan yang sangat sempit dan tersiksa, bahkan merasa lebih tersiksa daripada orang yang dipenjara, dan sumber dari keadaan hati ini adalah Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Penyejuk jiwa senantiasa menyejukkan jiwa kita dalam hari-hari di usia kita yang singkat, dimana tidak kita ketahui masih tersisa berapa lama lagi kehidupan kita di dunia ini, semoga usia kita dipanjangkan dalam rahmat dan ‘afiyah serta dilimpahi dengan ketenangan jiwa, ketenangan jiwa dengan mengingat Allah subhanahu wata’ala. Seorang professor dari Universitas Harvard menemukan penemuan yang sangat menakjubkan, setelah ia melakukan penelitian sekian tahun lamanya untuk metode ketenangan jiwa, ia tidak menemukan cara yang lebih kuat untuk menenangkan hati kecuali mengingat Sang Pencipta, Allah subhanahu wata’ala.
Penemuan yang menakjubkan ini semakin memperkuat iman kita, dan karena hal ini bukanlah suatu yang baru bagi umat Islam, telah dikabarkan oleh Allah subhanahu wata’ala 14 abad yang silam dalam firmanNya :
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ( الرعد : 28 )
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”. ( QS. Ar Ra’d : 28 )
Siapa yang akan kita taati jika bukan Yang menciptakan sanubari kita, kita tidaklah menciptakan sanubari kita sendiri, namun Allah subhanahu wata’ala Yang menciptakannya, Yang Menciptakan sanubari tersebut mengatakan bahwa ketenangan sanubari muncul dari mengingat Allah subhanahu wata’ala . Adapun ucapan yang paling agung adalah ucapan “ Laa ilaaha illaa Allah”, kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah. Oleh karena itu Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam kitab Fath Al Bari syarah Shahih Al Bukhari menjelaskan secara tegas sebab besarnya manfaat dari kalimat agung ini, dimana tidak hanya diucapkan dengan lisan namun juga didalami maknanya dengan keimanan, maka disunnahkan untuk mengulang-ulangnya dengan mendalami kedalaman samudera maknanya, sehingga kedalaman kalimat agung tersebut terdapat permulaannya namun tidak ada akhirnya. Dimana permulaannya adalah syahadah “ Laa ilaaha illaa Allah ”, yang kemudian iman meningkat dan hal ini merupakan tanda-tanda kesejukan mengingat Allah telah terbit dalam sanubari, sehingga keinginan-keinginan hina di dalam sanubari berjatuhan dan berganti dengan tumbuhnya keinginan-keinginan mulia di dalam sanubari karena cahaya nama Allah yang ada di dalam jiwa, mulailah terbit keinginan untuk bersujud, terbit keinginan untuk berdoa, muncul keinginan untuk meninggalkan kehinaan, muncul keinginan untuk berbuat keluhuran, kedamaian, dan kesejahteraan, muncul keinginan untuk berbuat baik bagi sesama, kesucian-kesucian itu terbit karena ketenangan jiwa yang berawal dari ucapan “Laa ilaaha illaa Allah”, tangga-tangga keluhuran inilah yang layak untuk kita jadikan semakin tinggi.
Hadirin yang dimuliakan Allah Pembahasan dalam kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah kita masih membahas kalimat syahadah “Laa ilaaha illaa Allah”. Dan hadits yang telah kita baca berkaitan erat dengan wafat dalam puncak keluhuran (husnul khatimah) atau wafat dalam kehinaan, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ رأى مِنْ أَمِيرِه شَيْئًا فَكَرِهَهُ فَلْيَصْبِرْ ، فَإِنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ يُفَارِقُ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَيَمُوْتُ إِلَّا مَاتَ مَيْتَةً جَاهِلِيَّةً
“Barangsiapa yang melihat suatu hal yang ia tidak sukai dari pemimpinnya (muslim) maka bersabarlah, karena tidaklah seseorang yang berpisah dari kelompok (muslimin) satu jengkal lalu ia meninggal, kecuali ia meninggal dalam kematian jahiliyyah”
Sebagaimana orang yang telah melakukan shalat tarawih di malam hari ini dan esok mulai berpuasa, karena berniat memisahkan diri dari kelompok muslimin dan pemerintahan, jika ia wafat dalam keadaan tersebut dan belum bertobat maka ia wafat dalam keadaan suul khatimah.
Kemudian hadits yang kedua Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيْرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُّلْطَانِ شِبْرًا مَاتَ مَيْتَةً جَاهِلِيَّةً
“ Barangsiapa yang membenci sesuatu dari pemimpinnya (yg muslim) maka bersabarlah, karena sesungguhnya orang yang keluar dari (ketaatan) kepada pemimpin sejengkal, ia meninggal dalam kematian jahiliyyah”l
Hal ini merupakan salah satu dari makna kalimat “Laa ilaaha illaa Allah”, agar supaya kita wafat dalam syahadah “Laa ilaaha illaa Allah”, bukan wafat dalam mengikuti hawa nafsu dan membenci pemerintah, bukan berarti saya adalah antek pemerintah atau lainnya tetapi yang saya sampaikan adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Disebutkan dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa suatu waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan keluar dengan sorban di kepala yang bertetesan minyak dari obat-obatan, kemudian beliau berkata dan memanggil kaum muslimin dan bersabda : “Jika ada diantara kalian seorang pemimpin yang berbuat kebenaran dalam suatu kejadian, kemudian ia berbuat kesalahan dalam kejadian yang lainnya, maka terimalah kebenaran yang diperbuatnya dan maafkanlah kesalahannya, dan hendaklah orang tersebut bersabar hingga berjumpa denganku di Haudh (telaga)”.
Oleh sebab itu ketika Al Imam Al Bukhari dikeluarkan dan diusir dari Khurasan karena difitnah, dan para muridnya memintanya untuk menyangkal dan menjawab fitnah tersebut, namun Al Imam Al Bukhari berkata dengan menukil sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Setelah aku wafat nanti akan timbul permasalahan dan perpecahan, maka hendaknya kalian memilih persatuan dan janganlah saling membenci dan berpecah belah dan hendaklah kalian bersabar sampai berjumpa denganku di telaga (Haudh)”.
Mungkin diantara kita ada yang berkata : “Jadi kalau ada pemimpin yang koruptor, kita diam saja?!”. Selayaknya kita melihat diri keadaan diri kita sendiri sebelum melihat keadaan orang lain dimana kita semua adalah para koruptor dihadapan Allah subhanahu wata’ala, berapa banyak nafas yang Allah pinjamkan kepada kita namun kita pergunakan untuk berbuat dosa, itulah diantara perbuatan korupsi kita. Maka janganlah terburu-buru untuk menghakimi orang lain, barangkali di akhir kehidupan mereka bertobat dan wafat dalam keadaan husnul khatimah, dan mengapa kita harus sibuk mengurusi aib orang lain sedangkan aib diri kita sendiri masih sangat banyak dan belum kita benahi.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata : “ Ingatlah aib-aib dirimu sebelum mengingat aib orang lain, barangkali engkau pernah berbuat aib yang lebih besar dari aib orang lain, atau mungkin aib orang tersebut telah dimaafkan oleh Allah subhanahu wata’ala, namun belum memaafkan aibmu”. Maka permasalahan para koruptor biarlah pihak yang berwenang yang mengadilinya dan mereka pun kelak akan bertanggung jawab dihadapan Allah subhanahu wata’ala, kelak aka nada siding akbar dan yang menjadi saksi adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka janganlah kita terlalu bingung atau repot dengan hal-hal yang seperti demikian, lebih baik kita memikirkan bagaimana menjadikan hati atau sanubari kita tenang untuk beriman kepada Allah subhanahu wata’ala. Kita bersyukur negeri kita dipimpin oleh seorang muslim, para menteri dan pejabat-pejabatanya adalah mayoritas beragama Islam, dan negara kita adalah negara muslimin terbesar di dunia. Oleh sebab itu saya menghimbau kepada ormas-ormas Islam yang telah memahami atau telah sampai kepada mereka kabar ini, dimana jika memisahkan diri dari kelompok muslimin maka akan terancam wafat dalam keadaan suul khatimah, wafat dalam kekufuran wal’iyadzu billah. Sungguh Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu mencabut iman seseorang di saat ia dalam keadaan sakaratul maut, dimana ketika itu ia tidak lagi mampu mengucap nama Allah subhanahu wata’ala, jika demikian hal nya maka celakalah masa depannya yang abadi.
Berikut akan saya bacakan jawaban dari guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Salim Al Hafizh atas pertanyaan yang sampai kepada beliau :
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وآله وصحبه أجمعين أما بعد فقد قال الله تعالى (فسألوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون). إلى شعبة الفتوى بدار المصطفى بتريم السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ثلاث سنوات مضت نصلي عيد الأضحى مع المملكة العربية السعودية بأمر من الدولة القمر المتحدة والحجة ذلك أن يوم عرفة فاليوم الثاني يكون عيد سواء تقدمنا في رؤية الهلال أم لا وعلى هذا نجد المواطنين من يتبع القرار ومنهم من يخالف فعيد الثاني بعد السعودية إلى اليوم لذلك نريد توضيح هذه المسألة لأنها أصبحت عائقة وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم السائل / قصي بن عبدالله / خطيب الجامع بمسامود في جزيرة هنزوان الحمد لله وبعد فقد قدِم إلينا سؤال من الشيخ قصي بن عبدالله / خطيب الجامع بمسامود في جزيرة هنزوان مفاده أن لهم ثلاث سنوات يصلون عيد الأضحى تبعا للسعودية بأمر من الدولة القمرية نظرا للوقوف بعرفات سواء تقدموا في رؤية الهلال أم لا ؟ وانقسم المواطنون إلى قسمين قسم يتابع السعودية وقسم يخالفهم... فالجواب على ذلك : فإن المقرر في مذهب الإمام الشافعي ومالك فيما روى عنه المدنيون لكل قطر رؤيته, فإذا رؤي الهلال في بلد وثبت عند الحاكم لزم أهل البلد الصوم وإذا غُمّ عليهم أكملوا العدة ثلاثين, ومثل ذلك شهر ذي الحجة وبقية الأشهر, ولا يتغير الحكم فيما لو كانوا متقدمين على يوم الوقوف بعرفة أو متأخرين عنه لما سبق أن لكل قطر رؤيته, وذهب الإمام أبو حنيفة وأحمد إلى تعميم الحكم بالرؤية في بلد إلى سائر البلدان, أما البلدة التي يرى فيها الهلال ويثبت عند الحاكم فيترتب على ثبوته آثاره على أهلها قطعا بلا خلاف . ولا حرج في الأخذ بأي المذهبين لكن يجب التنبه أنه في بعض البلاد تقبل الشهادة بالرؤية في حالة استحالة رؤية الهلال بقول عدد التواتر من أهل الاختصاص والحساب القطعي مكتفين بوجود الهلال في الأفق ولا يخفى ما في ذلك من تساهل متكرر, ولو رُوعِيّ في ثبوت الرؤية إمكانية رؤية الهلال عند أهل الحساب لكان في الأمر سعة، لأنه أضبط وأقرب إلى الحقيقة والواقع والله أعلم . صادر عن شعبة الفتاوى بدار المصطفى بتريم للدراسات الإسلامية 18/ذو القعدة/1433هـ
Terjemahan :
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وآله وصحبه أجمعين أما بعد :
Allah subhanahu wata’ala telah berfirman :
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui ”
Kepada divisi fatwa Dar Al Musthafa di Tarim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Dalam tiga tahun terakhir kami melakukan shalat Idul Adha bersamaan dengan Kerajaan Saudi Arabia karena perintah dari Pemerintahan Komoro, yang berlandaskan dengan wuquf di Arafah sehingga hari kedua setelah wuquf adalah hari Idul Adha, baik kita telah melihat hilal ataupun tidak, dari sini kami mendapati penduduk di wilayah kami hingga saat ini diantara mereka ada yang mengikuti keputusan pemerintah dan ada juga yang menyalahinya, yaitu dengan hari raya sehari setelah KSA. Oleh karena itu kami meminta penjelasan akan hal ini yang telah menjadi persoalan rumit di kalangan kami.
وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم
Penanya : Qushai bin Abdillah ( Khatib Masjid di Mutsamudu Kepulauan Anjouan)
Segala puji bagi Allah, waba’du :
Telah disampaikan kepada kami pertanyaan dari saudara Qushai bin Abdillah, Khatib Masjid di Mutsamudu Kepulauan Anjouan, dimana telah tiga tahun berlalu mereka melakukan shalat Idul Adha dengan mengikuti KSA (Kerajaan Saudi Arabia) atas perintah dan keputusan dari Pemerintahan Komoro, yang berdasarkan wuquf di Arafah baik mereka telah melihat hilal atau pun tidak, sehingga penduduk terbagi menjadi dua bagian, sebagian mengikuti keputusan pemerintah yaitu mengikuti KSA dan sebagian lain menyalahinya.
Adapun jawaban dari perihal tersebut bahwa yang ditetapkan dalam madzhab Al Imam As Syafi’i dan Al Imam Malik yang diriwayatkan oleh penduduk Madinah yaitu bagi setiap negara/wilayah tergantung penglihatannya terhadap hilal, jika hilal telah terlihat di suatu negara/wilayah dan hal itu telah ditetapkan oleh hakim/imam/pemimpin di wilayah tersebut maka penduduk wilayah tersebut wajib berpuasa, dan apabila di wilayah tersebut hilal tidak tampak/terlihat oleh mereka maka mereka menyempurnakan hitungan bulan menjadi 30 hari, begitu juga halnya dengan bulan Dzulhijjah dan bulan-bulan lainnya. Maka hukum tidak berubah dalam keadaan jika mereka mendahului wuquf di Arafah ataupun mengakhirkannya, karena bagi setiap wilayah/negara tergantung pada penglihatan hilal. Sedangkan Al Imam Ahmad dan Al Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa hukum ru’yah hilal di suatu negara atau wilayah supaya disebarkan ke wilayah-wilayah yang lain, adapun wilayah yang padanya hilal telah terlihat dan hal tersebut telah ditetapkan oleh hakim/imam di wilayah itu maka keputusan imam tersebut menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh penduduk wilayah tersebut, tanpa ada perselisihan dalam hal ini.
Tidak apa-apa untuk mengambil pendapat yang mana dari kedua madzhab tersebut ( Madzhab Syafi’i dan Malik atau Madzhab Hanbali dan Hanafi), tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam keadaan hilal tidak mungkin terlihat, terdapat beberapa negara/wilayah yang kesaksian ru’yah hilal dapat diterima, berdasarkan perkataan dari kalangan para ahli astronomi (yang mencapai jumlah tawatur) yang menetapkan adanya hilal di ufuk dan hal tersebut tidak disembunyikan sebab kelalaian yang berulang, dan jika dicermati dalam penetapan ru’yah adanya kemungkinan ru’yah hilal menurut ahli astronomi maka pastilah ada keluasan dalam perkara ini, karena yang demikian lebih sesuai dan lebih dekat dengan kebenaran dan kenyataan, Allahu a’lam. Dikeluarkan oleh divisi fatwa Dar Al Musthafa
Tarim, 8 Dzulqa’dah 1433
Maka kesaksian hilal harus dilakukan oleh orang banyak dan mencapai jumlah tawatur, dan jika yang melihat hilal hanya satu orang maka kesaksiannya tertolak, dan tidak ada satu madzhab pun yang mengatakan bahwa hilal boleh dilihat oleh satu orang, dan jika hanya satu orang yang melihat maka dia sendiri yang harus berpuasa sedangkan orang lain tidak boleh mengikutinya. Hal ini harus kita fahami, dan saya tidak takut menyampaikan hal ini karena ini adalah suatu kebenaran meskipun ormas-ormas lain tidak menyukainya, semua yang berpuasa dengan keluar dari keputusan sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan seluruh madzhab maka puasanya bathil. Maka saya perlu berbicara tegas, sampaikan kepada semua keluarga dan kerabat kalian untuk tidak berpuasa besok, sebagaimana yang telah dijawab oleh guru mulia dan dewan fatwa di Tarim Hadramaut.
Dalam hadits tadi disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintah umma Islam untuk tidak keluar dari pemerintah, mengapa demikian?, karena jika penguasa muslim ini diganggu maka ia akan menghukum rakyatnya, sehingga terjadilah pertikaian antara pemimpin muslim dengan rakyatnya, maka musuh Islam yang merasa senang akan hal tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menginginkan persatuan diantara para pemimpin dan rakyat, adapun jika pemimpin melakukan kesalahan maka kelak di hari kiamat ia akan menghadapi sidang akbar dihadapan Allah subhanahu wata’ala. Dan hal ini saya sampaikan agar saudara-saudari kita tidak terjebak ke dalam ketidaktahuan sehingga keluar dari jalan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita sesama umat Islam jika ada perbedaan pendapat maka hal itu jangan dijadikan sebab permusuhan, namun kita ingin membenahi keadaan kita, kita ingin membenahi iman kita, membenahi puasa kita mana puasa yang benar dan sah, dan tadi telah diumumkan oleh Menteri Agama, pemimpin kita dan jamaah muslimin, dimana mayoritas umat Islam mulai melaksanakan puasa pada hari Rabu. Semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan hidayah dan mempersatukan kaum muslimin, dan semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan Ramadhan kita sempurna, besok malam akan masuk malam-malam mulia, semoga kita diberi kekuatan dan taufiq untuk bisa melakukan shalat tarawih 20 rakaat dalam setiap malamnya. Perlu saya sampaikan perihal shalat tarawih, bahwa shalat tarawih 13 rakaat tidak ada satu madzhab pun yang melakukan hal tersebut, dan tidak ada satu madzhab pun yang melakukan shalat tarawih kurang dari 20 rakaat, bahkan di masjid haram Makkah dan Madinah mereka melakukan shalat tarawih 20 rakaat, hanya madzhab Al Imam Malik yang melakukan shalat tarawih sebanyak 40 rakaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“ Barangsiapa yang bangun (melakukan shalat malam) di bulan Ramadhan karena beriman dan mengharapkan ridha Allah maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”
Seharusnya jumlah shalat tarawih diperbanyak agar mendapatkan bagian dari hadits tersebut, bukan justru dikurangi sebagaimana yang diperbuat oleh sebagian muslimin di zaman ini. Dan hal penting bagi kita adalah janganlah kita berpecah belah, karena jika sudah mulai banyak perpecahan dan perselisihan pendapat maka kehancuaran akan datang kepada umat Islam, namun jika banyak yang mengalah maka Islam akan semakin meluas. Disebutkan dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Ali bin Abi Thalib ketika dihujat oleh khawarij beliau berkata : “Putuskanlah apa yang hendak kalian putuskan, karena aku membenci perpecahan dan perbedaan pendapat, aku menginginkan persatuan dan jika tidak maka aku lebih memilih untuk wafat menyusul para sahabatku”.
Dan itulah awal sejarah demo yang banyak terjadi di zaman sekarang ini, maka janganlah menjadi pengikut ajaran orang-orang yang mendemo sayyidina Ali bin Abi Thalib. Kemudian sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib Kw ketika menerima khilafah setelah ayahnya wafat, maka khilafah pun ia serahkan kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan demi menghindari perpecahan diantara kaum muslimin, maka dalam hal ini sayyidina Hasan lebih memilih untuk mengalah dan menyerahkan kekuasaan demi menjaga agar tidak terjadi pertumpahan darah diantara kaum muslimin. Kemudian sayyidina Husain bin Ali yang datang untuk memenuhi undangan namun setelah beliau tiba di Karbala, disampaikan kepada Yazid bin Mu’awiyah bahwa sayyidina Hasan datang untuk berperang dan merebut kepemimpinan, sungguh sebuah kedustaan yang nyata, karena jika sayyidina Husain datang untuk berperang atau untuk merebut kepemimpinan maka beliau tidak akan membawa serta istri dan anak-anaknya serta keluarganya bersamanya, sehingga sayyidina Husain bin Abi Thalib dibantai di padang Karbala. Dan sampai pada keturunannya Al Imam Ahmad Al Muhajir, dimana ketika di Baghdad banyak terjadi khilaf, pecah belah, dan perebutan kekuasaan, maka Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir bersama keluarganya pindah ke Tarim Hadramaut, karena di daerah tersebut ada penguasa Tarim seorang muslim yang membela sayyidina Ali bin Abi Thalib. Dan banyak orang yang mengecam Al Imam Ahmad Al Muhajir, sehingga ada seorang alim yang bermimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ia berkata : “Wahai Rasulullah Al Imam Ahmad telah meninggalkan kami dan pindah ke Hadramaut, sedangkan kami berada dalam pertikaian dan perselisihan”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Aku gembira dengan apa yang telah diperbuat oleh Ahmad bin Isa”. Sehingga Al Imam Ahmad menetap di Hadramaut dan terus memiliki keturunan hingga sampai pada masa Al Faqih Al Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi, beliau mematahkan pedangnya dihadapan keluarga dan para sahabatnya seraya berkata : “ Keluargaku dan para sahabatku serta orang-orang yang mengikutiku, sejak saat ini aku tidak lagi akan berdakwah dengan kekerasan”, oleh sebab itu jalan dakwah para habaib adalah dengan kedamaian. Sehingga dari Hadramaut muncullah para penyeru ke jalan Islam menuju Gujarat yang akhirnya sampai ke pulau Jawa, mereka datang dengan jalan kedamaian seperti yang dicontohkan oleh para leluhurnya.
Dan kita kenal 9 orang yang berhasil menyebarkan Islam di Nusantara ini, mereka tidak memiliki pasukan, senjata atau kekuatan lainnya namun mereka dapat menyebarkan Islam di segala penjuru nusantara sehingga penduduk Indonesia mengenal kalimat “Laa ilaaha illaa Allah”, dan jadilah Indonesia ini negara muslimin terbesar di dunia, karena kedamaian yang disebarkan melalui para penyebar dakwah di tanah air. Agama Islam adalah agama kedamaian, dan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling menyukai kedamaian dan paling berlemah lembut dari segala makhluk Allah subhanahu wata’ala, bahkan lebih lembut dari malaikat. Ketika malaikat Jibril melihat nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam disiksa dan dianiaya oleh penduduk Thaif, dengan melempari kaki beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan batu, ketika terjatuh beliau disuruh untuk berdiri dan kemudian kembali dilempari dengan batu, namun demikian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa :
اللّهُمَّ إِنِّى أَشْكُوْ إِلَيْكَ ضَعْفَ قُوَّتِيْ وَقِلَّةِ حِيْلَتِيْ وَهَوَانِيْ عَلَى النَّاسِ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمْينَ أَنْتَ رَبُّ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ وَأَنْتَ رَبِّيْ إِلَى مَنْ تَكِلُنِيْ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكَ غَضَبٌ عَلَيَّ فَلاَ أُ بَالِي
“ Ya Allah sesungguhnya aku mengadukan kepadaMu kelemahan upayaku, dan kurangnya usahaku, dan hinanya aku di kalangan manusia, wahai Yang Maha mengasihi Engkaulah Tuhan golongan yang lemah , dan Engkaulah Tuhanku, kepada siapa Engkau serahkan aku, jika Engkau tidak murka kepadaku maka aku tidak peduli”
Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa: اَللَّهُمَّ اهْدِ قَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ
“ Wahai Allah berilah petunjuk kepada kaumku sesungguhnya mereka tidak mengetahui”
Penduduk Thaif yang menyakiti dan menyiksanya justru beliau anggap sebagai kaum beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan didoakan agar diberi hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala, demikianlah kelemubutan makhluk yang paling berlemah lembut sehingga malaikat Jibril datang dan berkata : “Wahai Rasulullah, izinkanalah malaikat penjaga gunung itu mengangkat gunung tersebut dan menjatuhkannya di atas Thaif”, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Jangan, biarkan mereka hidup jika bukan mereka yang mendapat hidayah dan beriman, barangkali keteurunan mereka kelak yang akan beriman”, demikianlah indahnya budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Selanjutnya kita bermunaajat dan berdoa semoga Allah subhanahu wata’ala mengampuni dosa-dosa kita zhahir dan bathin, dan semoga Allah subhanahu wata’ala menuntun kita pada masa depan yang baik, dan menjadikan kota dan wilayah kita menjadi wilayah yang aman dan damai, bangsa kita menjadi bangsa yang damai dan sejahtera, dan tidak terjadi perpecahan diantara kaum muslimin, tidak juga terjadi pertikaian diantara umat beragama, dan saling peduli diantara satu sama lain terlebih kaum muslimin agar peduli kepada yang belum beriman, dan mereka yang terjebak dalam kerusakan aqidah, terjebak dalam perbuatan dosa, perzinaan, perjudian, narkotika dan lainnya semoga segera dilimpahi taufiq dan hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala, amin allahumma amin.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Makna Kalimat بسم الله

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa   
Monday, 14 January 2013
Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian V
Makna Kalimat بسم الله
Senin, 14 Januari 2013


عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ، فِي تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَطُهُورِهِ، وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ. (صحييح البخاري)
Dari aisyah ra berkata : “Bahwa Nabi SAW menyukai mendahulukan yang kanan dari kiri, saat beliau memakai sandal, saat beliau menyisir, saat beliau bersuci, dan dari segala perbuatannya” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha melimpahkan cahaya kepada alam semesta hingga berpijar dan terang benderang, alam semesta ini akan gelap gulita jika tidak Allah limpahkan cahaya kepadanya, dari cahaya keindahan Allah subhanahu wata’ala, dari cahaya kewibawaan Allah, yang mana telah membuat lebur gunung disaat satu tabir dari 70 ribu tabir yang menutupi antara Sang Pencipta dengan seluruh makhluk itu disingkap, sebagaimana yang disebutkan dalam Alqur’an, firman Allah subhanahu wata’ala ketika nabi Musa meminta untuk melihat Allah subhanahu wata’ala:
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ (الأعراف : 143 )
“Dan ketika Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhannya telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihatMu". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap pada tempatnya, niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan (keindahanNya) kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur lebur dan Musa pun terjatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepadaMu dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman".( Al A’raf : 143 )
Dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa gunung itu hancur lebur dan terpendam ke dalam bumi dan tidak akan muncul selama-lamanya hingga akhir zaman. Diriwayatkan dalam tafsir Al Imam At Thabari, ketika malaikat Jibril bertanya kepada nabi Musa apakah ia ingin melihat Allah subhanahu wata’ala, maka nabi Musa As pun mengiyakannya. Maka sebelum Allah subhanahu wata’ala menyingkap satu tabir dari 70 ribu tabir , Allah subhanahu wata’ala memanggil seluruh malaikat yang ada, malaikat penjaga gunung, malaikat penjaga lautan, dan lainnya serta seluruh kekuatan yang ada dan segala-galanya didatangkan, maka sayyidina Musa As bergetar melihat hal itu dan berkata : “Cukup wahai Jibril, cukup jangan dilanjutkan”, maka malaikat Jibril berkata : “Tenanglah wahai Musa dan bertahanlah, sungguh engkau akan menyaksikan hal yang lebih dahsyat daripada itu”.
Lalu ketika itu Allah subhanahu wata’ala membuka langit yang kedua, sehingga terlihatlah gemuruh malaikat yang bertasbih dan berdzikir dimana mereka mengelilingi nabi Musa As sehingga membuat nabi Musa kebingungan dan ketakutan menyaksikan banyaknya malaikat-malaikat dan pijaran-pijaran cahaya yang muncul dari gemuruh dzikir-dzikir mereka, maka nabi Musa As berkata : “Tenanglah wahai Musa dan bertahanlah, engkau akan menyaksikan sesuatu yang lebih dahsyat dari hal ini”, lalu dibukalah langit yang ketiga, dimana sesuatu yang terlihat di langit ketiga jauh lebih dahsyat dari hal-hal yang dilihatnya di langit yang pertama dan langit yang kedua, dimana gemuruh dzikir malaikat-malaikat itu mengalahkan gemuruh ombak dan gelombang di lautan, maka malaikat Jibril kembali berkata : “Tenanglah dan bertahanlah wahai Musa, engkau akan menyaksikan hal yang lebih dahsyat dari hal ini”, kemudian Allah subhanahu wata’ala membuka langit yang keempat maka nabi Musa pun hampir terjatuh roboh dari dahsyatnya sesuatu yang ia lihat di langit yang keempat dari dahsyatnya gemuruh tasbih dan dzikir para malaikat, nabi Musa As pun gemetar menyaksikan hal tersebut, lantas malaikat Jibril kembali menenangkannya dan berkata bahwa ia kan menyaksikan hal yang lebih dahsyat lagi, Allah subhanahu wata’ala masih akan membukakan langit yang kelima, keenam, dan ketujuh, maka nabi Musa pun roboh lantas diberdirikan oleh malaikat Jibril dan kembali menenangkannya, maka nabi Musa pun melihat keajaiban-keajaiban di langit kelima, keenam dan ketujuh, kemudian nabi Musa pun roboh tidak mampu lagi bertahan.
Tujuh puluh ribu ribu tabir yang menutupi rahasia cahaya Allah subhanahu wata’ala, yang dijadikannya seluruh alam semesta ini bercahaya, yang menjadikan jiwa hamba-hambaNya bercahaya, hingga jiwa hamba-hambaNya ingin bersujud dan memohon pengampunan atas dosa-dosa yang telah terjadi di masa lalu dan dosa-dosa yang akan datang. Sebagaimana kita terus terperangkap di dalam kegelapan dosa, dosa adalah kegelapan sedangkan perbuatan baik dan pahala adalah cahaya keridhaan Allah subhanahu wata’ala, sedangkan dosa adalah kegelapan yaitu kemurkaan Allah subhanahu wata’ala. Maka ketika Allah subhanahu wata’ala melimpahkan cahaya untuk menerangi hati manusia sehingga mereka ingin bertobat dan menyesal dari segala dosa yang telah mereka perbuat, namun diantara mereka malu dan berputus asa serta merasa bahwa Allah subhanahu wata’ala tidak akan mungkin mengampuni dosa-dosanya, maka orang yang demikian ingatlah firman Allah subhanahu wata’ala :
قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (الزمر : 53 )
“Katakanlah: "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( QS. Az Zumar : 53 )
Demikianlah Yang Maha lembut dan berkasih sayang, sungguh besar kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya dan kasih sayangNya yang paling besar adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, rahmatan lil’aalamin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pemimpin seluruh pembawa cahaya di dunia dan akhirat, dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah yang paling bercahaya di dunia dan di akhirat, akan tetapi Allah subhanahu wata’ala tidak memperlihatkan cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dunia, namun akan diperlihatkan kelak di akhirat. Sehingga kelak di hari kiamat, jangankan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, para pengikut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dari para shalihin, para wali Allah dan para muqarrabin ketika mereka melintasi shiraat (jembatan), maka neraka jahannam menjerit dan berkata : “segeralah melintas wahai hamba-hamba Allah, cahaya kalian membakarku”, cahaya itu adalah cahaya tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, cahaya sujud kepada Allah subhanahu wata’ala, cahaya air mata doa, cahaya penyesalan atas segala perbuatan dosa yang telah lalu. Ingatlah bahwa malaikat di kiri kanan seorang hamba senantiasa mencatat perbuatannya dalam setiap detiknya, detik-detik yang terlewati tidak akan pernah kembali selama-lamanya, maka sebelum terlambat dan sebelum sakaratul maut menjelang, kembalilah kepada Allah dan ikutilah tuntunan, pedoman dan budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana akan menjadi lentera dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Hadits agung yang kita baca menjelaskan bahwa diantara tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah menyukai “Tayamun” yaitu mengawali sesuatu dengan bagian kanan, seperti disaat memakai sandal, menyisir rambut, dan dalam bersuci serta dalam segala perbuatan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun dalam hal ini ada pengecualian, sebagaimana Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani berkata di dalam Fath Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa yang dimaksud dalam hadits tersebut bukanlah segala hal yang diperbuat oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diawali dari bagian kanan, akan tetapi terdapat hal yang diperbuat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diawali dari bagian sebelah kiri seperti keluar dari masjid, atau keluar dari kamar mandi maka mendahulukan kaki yang kiri.
Hal ini merupakan tuntunan yang sempurna, sebagaimana dalam ilmu kedokteran membuktikan bahwa darah terlebih dahulu mengalir dari jantung ke bagian kanan, meskipun jantung berada disebelah kiri, sehingga aliran darah mengalir lancar di bagian kanan, sedangkan di bagian kiri aliran darah melemah disebabkan darah telah membawa sel-sel dan bakteri dari bagian kanan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam banyak hal selalu memulainya dengan bagian kanan, karena bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri, sebab darah terlebih dahulu mengalir ke bagian kanan, hal ini menunjukkan kesempurnaan tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun hadits tersebut tampaknya sangat ringkas dan sederahana, yaitu memulai setiap perbuatan dengan bagian kanan, seperti ketika memakai sandal maka dimulai dari bagian yang kanan, ketika menyisir rmabut maka dimulai dari bagian yang kanan.
Jika ada yang mengatakan zaman sekarang kok hal-hal yang seperti ini yang dipelajari, orang-orang udah pada sampai ke bulan kok ini masih kitab aja yang diotak-atik”, namun saat ini telah terbukti bahwa orang yang mengatakan pernah sampai ke bulan itu adalah sebuah kedustaan sebagaimana yang dikatakan oleh para Ilmuwan, dimana jika dilihat dari gambar tersebut akan tampak dari dua arah, yang berarti dari cahaya dua lampu dari sudut yang berbeda, maka hal itu adalah kebohongan yang direkayasa. Justru tuntunan sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam inilah yang merupakan kemodernan, maka hal-hal seperti inilah yang seharusnya untuk kita perhatikan dan kita ikuti tuntunannya.
Syarah Kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah Karangan Al Imam Ahmad Bin Zain Al Habsyi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيْهِ بِاسْمِ اللهِ فَهُوَ أَبْتَر
“ Segala sesuatu (perbuatan) baik yang tidak diawali dengan “ Basamalah”, maka (amal itu) terputus (tidak bernilai di sisi Allah)”
Dan dalam riwayat lain فَهُوَ أَقطع (terpotong dari keberkahan) , dan dalam riwayat yang lainnya فَهُوَ أجذم (terpotong tangannya ). Di zaman sekarang jika bukan karena kasih sayang dan kelembutan Allah subhanahu wata’ala sungguh berapa banyak orang-orang yang akan terpotong karena terkena penyakit kusta, sebagaimana memulai banyak pekerjaan tanpa diawali dengan “Basmalah”, seperti ketika masuk rumah, keluar rumah, ketika akan tidur, bangun tidur, makan, minum dan lainnya. Lalu seseorang akan berkata, rumahku kemasukan syaitan, maka hal ini adalah hal yang biasa karena ketika akan masuk ke dalam rumah ia tidak mengucapkan “Basmalah”, dimana ketika seseorang masuk rumah tidak membaca “Basmalah” maka syaitan pun akan masuk bersamanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ketika kalian akan tidur, maka tutuplah pintu dan ucapkan Basmalah, sesungguhnya syaitan tidak dapat memasuki pintu yang terkunci”, karena pintu itu terkunci dengan “Bismillahirrahmanirrahim”, sehingga syaitan tidak bisa masuk meskipun dengan cara menembus pintu yang terkunci itu.
Oleh karena itu perbanyaklah mengucapkan Basmalah dalam setiap perbuatan, sungguh “Basmalah” adalah kalimat yang agung dan luhur. Lafazh بِسْمِ telah kita bahas dalam mejelis-majelis yang lalu. Adapun lafazh الله , yang terdiri dari huruf alif ( ا ) yang bermakna tunggal , lam ( ل ) yang berarti “Lillah” ( لِله ) yaitu milik Allah, kemudian tersisa huruf “lam dan ha’ ( ل، هـ ) yaitu ( لَهُ ) yang bermakna “milikNya, milik Allah, atau untuk Allah”, dan huruf yang terakhir adalah huruf ha’ ( ــهُ ) sebagaimana yang banyak diajarkan oleh para ulama’ kepada murid-muridnya dzikir dengan lafazh ( ـهُ ) atau يا هو .
Demikianlah keagungan lafazh ( الله) , dimana kita semua tidak pantas untuk menterjemahkannya. Kemudian penjelasan lafazh ( الرحمن) insyallah kita lanjutkan di majelis yang akan datang.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
....
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Friday, 09 August 2013

Makna Kalimat الرحمنالرحيم

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa   
Monday, 21 January 2013
Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian VI
Makna Kalimat الرحمنالرحيم
Senin, 21 Januari 2013


عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُمَرَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : قَالَ: اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي، شَهَادَةً، فِي سَبِيلِكَ، وَاجْعَلْ مَوْتِي، فِي بَلَدِ رَسُولِكَ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (صحيح البخاري)
Dari Zeyd bin Aslam, dari ayahnya, dari Umar Ra berdoa: “Wahai Allah, berilah aku mati syahid di jalan Mu (SWT), di kota Rasul Mu (SWT) (Madinah kota Nabi) Shallallah alayhi wa sallam” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha membangkitkan jiwa dengan keluhuran, dan tiada hal yang lebih luhur dari keridhaan Allah subhanahu wata’ala, hal itulah yang paling luhur dan hal itu disimpan oleh Allah subhanahu wata’ala pada sosok makhluk yang paling diridhai Allah, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Keridhaan Allah subhanahu wata’ala tersimpan pada setiap budi pekerti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, tersimpan pada setiap ucapan-ucapan dan tuntunan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, kesemua hal itu adalah mutiara ridha Ilahi. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari, dan diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana ketika penduduk surga dikumpulkan dan Allah subhanahu wata’ala bertanya kepada mereka : “Wahai hamba-hambaKu, maukah kalian Kuberi (kenikmatan) lebih dari semua ini?”, maka penduduk surga berkata : “Wahai Allah, kenikmatan apalagi yang melebihi semua ini, Engkau telah mengampuni dosa-dosa kami dan menjauhkan kami dari api neraka, dan Engkau telah memberikan kepada kami limpahan kenikmatan yang abadi, maka apalagi yang melebihi dari semua ini?!”, lalu Allah subhanahu wata’ala menjawab :
أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلاَ أَسْخَطُ عَلَيْكُم أَبَداً
“Kuhalalkan (Kuberikan) untuk kalian keridhaanKu, dan Aku tidak akan murka kepada kalian selama-lamanya”
Maka jelaslah bahwa keridahaan Allah subhanahu wata’ala adalah puncak kenikmatan Ilahi yang melebihi segala kenikmatan-kenikmatan di surga, dan hal itu tersimpan pada budi pekerti sayyidina Muhammad rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang terlewati dalam siang dan malam beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dalam segala hal, yang diantaranya adalah bagaimana adab beliau shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap yang lebih tua, adab beliau terhadap tetangga, kerabat, keluarga, istri, dan anak-anak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, adab beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada orang-orang yang dalam kesusahan, adab beliau terhadap ahli kitab (yahudi dan nasrani), dan lain sebagainya. Maka tuntunan-tuntunan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hal-hal tersebut adalah merupakan keridhaan Ilahi, alangkah indahnya nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan betapa Maha Indahnya Yang menciptakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana jiwa-jiwa para sahabat dan seluruh orang-orang yang mulia yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala, yang mana mereka selalu ingin dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik di masa kehidupan mereka di dunia, hingga setelah wafat pun mereka tidak ingin jauh dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana riwayat sayyidina Umar bin Khattab yang kita baca, dimana beliau berdoa dengan mengucapkan :
اَللّهُمَّ ارْزُقْنِيْ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ وَاجْعَلْ مَوْتِيْ فِيْ بَلَدِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Wahai Allah, anugerahilah aku mati syahid di jalanMu, dan jadikanlah kematianku di negeri (kota) utusanMu (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”
Sayyidina Umar memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar meninggal syahid di jalan Allah subhanahu wata’ala, namun permohonan tersebut diiringi dengan permintaan yang lain yaitu meninggal syahid di negeri (kota) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu Madinah Al Munawwarah. Padahal seseorang yang mati syahid dimana pun maka akan tetap tergolong ke dalam kumpulan para syuhada’ (orang-orang yang meninggal syahid) dan merupakan kemuliaan dan keluhuran yang sangat besar, namun karena sayyidina Umar bin Khattab tidak ingin jauh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik di masa hidup beliau atau setelah beliau wafat, sehingga beliau meomohon kepada Allah untuk diwafatkan di negeri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Allah subhanahu wata’ala mengabulkan doa sayyidina Umar bin Khattab, sehingga beliau tidak hanya wafat di kota Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan tetapi juga dimakamkan berdampingan dengan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam detik-detik akhir kehidupan beliau ketika sakaratul maut, di waktu shalat zhuhur dan dalam riwayat yang lainnya di waktu shalat asar datanglah orang yang akan membunuhnya kemudian langsung menghunuskan pedang ke perut sayyidina Umar bin Khattab, sehingga robeklah perut beliau, dan dalam keadaan demikian lantas beliau meminta susu untuk diminum, sebagaimana hal ini adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana ketika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sedang sakit dan merasa lemah maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meminta susu dan meminumnya. Dan hal tersebut dapat kita temui dalam kitab-kitab Syamaail Ar Rasuul shallallahu ‘alaihi wasallam, disana disebutkan bahwa diantara minuman-minuman yang disukai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah susu, air buah-buahan dan air putih. Dan dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyukai air buah-buahan atau bisa dinamakan jus dalam kehidupan kita di zaman sekarang. Maka sayyidina Umar bin Khattab Ra dalam keadaan perutnya yang telah terbelah beliau meminta susu kemudian meminumnya, akan tetapi susu itu setelah beliau minum maka tumpah keluar dari bekas luka di perutnya, lalu sayyidina Umar bin Khattab merasa bahwa ia dalam keadaan sakaratul maut, maka sayyidina Umar bin Khattab memerintah putranya untuk menemui sayyidah Aisyah Ra, istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta izin kepada sayyidah Aisyah apakah beliau mengizinkan sayyidina Umar untuk dimakamkan dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika itu sayyidina Umar Ra berkata kepada putranya untuk menemuia sayyidah Aisyah dan menyampaikan salam kepada beliau dari Umar bin Khattab, dan melarang putranya untuk menyebut dihadapan sayyidah Aisyah dengan sebutan Amir Al mu’minin, karena saat itu beliau menganggap dirinya bukan lagi sebagai amir al mu’minin karena telah mengalami luka yang sangat parah, demikian yang disebutkan dalam riwayat Shahih Al Bukhari. Namun bukan berarti ketika beliau menyandang sebutan sebagai amir al mu’minin hal tersebut membuat beliau bersikap atau merasa sombong atau yang lainnya, namun beliau merasa tidaklah pantas dengan gelar amir al mu’minin untuk beliau ketika keadaan beliau sedang lemah dan sekarat. Maka sayyidina Umar bekata kepada putranya : “Temuilah ummul mu’minin sayyidah Aisyah dan sampaikan kepada beliau bahwa Umar menyampaikan salam kepada beliau dan meminta izin bolehkah ia dimakamkan berdekatan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, setelah mendengar kabar tersebut sayyidah Aisyah sedih dan menangis karena sayyidina Umar dalam keadaan sakaratul maut. Maka sayyidah Aisyah pun mengizinkan sayyidina Umar bin Khattab untuk dimakamkan berdampingan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun tempat itu sebenarnya sayyidah Aisyah siapkan untuk makam beliau, namun karena amir al mu’minin sayyidina Umar bin Khattab yang meminta maka sayyidah Aisyah mengizinkannya. Kemudian putra sayyidina Umar segera kembali dan telah mendapati ayahnya telah tersengal-sengal dan ia berkata : “Telah diizinkan wahai amir al mu’minin”, maka sayyidina Umar berkata : “Demi Allah, tidak ada sesuatu yang lebih aku dambakan daripada agar aku dimakamkan berdekatan dengan makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” . Demikian kuatnya cinta sayyidina Umar bin Khattab kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Syarah Kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah Karangan Al Imam Ahmad Bin Zain Al Habsyi
Makna kalimat (باسم الله ) telah kita bahas dalam pertemuan-pertemuan yang lalu. Selanjutnya adalah pembahasan tentang makna ( الرحمن الرحيم ). Sebagaimana dijelaskan jika kalimat ( باسم الله ) tidak dilanjutkan dengan kalimat ( الرحمن الرحيم ) maka alam semesta ini akan hancur dari kewibawaan nama Allah subhanahu wata’ala. Adapun makna ( الرحمن) adalah kenikmatan yang Allah subhanahu wata’ala berikan untuk seluruh makhluknya, dari manusia, hewan dan tumbuhan, manusia yang beriman atau pun yang kafir, manusia yang baik atau pun yang jahat di dunia. Adapun makna kalimat ( الرحيم) adalah kenikmatan dari Allah subhanahu wata’ala yang hanya diberikan kepada hamba-hamba yang beriman saja, seperti kenikmatan sujud, kenikmatan munajat dan doa, kenikmatan shalat berjamaah, kenikmatan shalat di masjid dan lainnya yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala di dunia kemudian di akhirat diberi kenikmatan surga yang kekal dan abadi. Adapun kenikmatan yang diberikan kepada seluruh makhluk Allah dalam kehidupan di dunia seperti melihat, mendengar, berbicara, berjalan dan lainnya hal itu semua diberikan dari sifat Allah subhanahu wata’ala ( الرحمن), yang mana kenikmatan-kenikmatan tersebut Allah subhanahu wata’ala berikan kepada semua makhluknya baik yang taat atau pun yang tidak taat kepada Allah subahanahu wata’ala. Dan kita ketahui diantara kenikmatan-kenikmatan tersebut ada yang Allah cabut dari hamba-hambaNya dengan kehendakNya, seperti seseorang yang Allah jadikan tidak memiliki pendengaran sejak ia lahir, dan ada juga yang sejak lahir mungkin diberi pendengaran oleh Allah namun setelah beberapa tahun ia tidak lagi dapat mendengar, maka hal-hal seperti ini adalah terjadi atas kehendak dari Allah subhanahu wata’ala, demikianlah makna ( الرحمن الرحيم ). Sungguh segala kenikmatan yang pernah ada pada segala ciptaan Allah akan berakhir dan kemudian bersambung dengan kemuliaan kehidupan dan kenikmatan yang abadi yang dikehendaki Allah subhanahu wata’ala tersimpan dalam rahasia kemuliaan makna ( الرحمن الرحيم )., yang mana hal-hal itu pasti akan datang kepada kita semua. Setelah kehidupan dunia ini berakhir, kelak hanya ada 2 tempat yaitu surga dan neraka, tidak ada tempat lain selain keduanya. Yang harus selalu kita fikirkan adalah setelah kita wafat kelak dimanakah tempat kita?!. Renungkanlah, sejak kita bangun dari tidur hingga detik ini, manakah yang lebih banyak antara kita mengingat Allah dan mengingat selain Allah subhanahu wata’ala. Padahal satu detik pun terlewatkan untuk mengingat selain Allah subhanahu wata’ala hal itu telah cukup untuk melemparkan seseorang ke dalam jurang api neraka, bagaimana halnya jika waktu banyak yang terlewatkan untuk mengingat selain Allah subhanahu wata’ala, dan bagaimana halnya jika waktu-waktu terlewatkan tidak pernah mengingat Allah subhanahu wata’ala, wal’iyaadzu billah. Maka seluruh rahasia kemuliaan kenikmatan yang Allah berikan kepada makhluk-makhlukNya terdapat pada kalimat ( الرحمن الرحيم ). Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala memberikan pengampunan kepada hamba-hambaNya yang memohon pengampunan. Sungguh pengampunan Allah subhanahu wata’ala sangat murah dan mudah, hanya siapakah yang menginginkan dan mau meminta pengampunan tersebut. Allah Maha Mengetahui bahwa hamba-hambaNya selalu berbuat kesalahan dan dosa sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi :
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-hambaKu, seseungguhnya kalian selalu berbuat salah (dosa) di siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa semuanya, maka mintalah pengampunan kepadaKu, Aku akan mengampuni kalian”
Allah Maha Mengetahui akan hamba-hambaNya yang senantiasa berbuat dosa di siang dan malam, namun banyak diantara mereka yang telah berbuat dosa akan tetapi tidak mau meminta pengampunan dari Allah subhanahu wata’ala. Maka rahasia kemuliaan kalimat ( باسم الله الرحمن الرحيم ) , sebagaimana dijelaskan oleh para imam seprti Al Imam At Thabari, Al Imam Ibn Katsir, Al Imam Qurthubi dan imam-imam yang lainnya, bahwa kemuliaan seluruh Al qur’an Al Karim tersimpan pada kalimat ( باسم الله الرحمن الرحيم ), maka kalimat ini menyimpan seluruh makna tuntunan Allah subhanahu wata’ala. Dalam kalimat tersebut tersimpan rahasia kenikmatan Allah subhanahu wata’ala, keagungan Allah subhanahu wata’ala, tuntunan Allah subhanahu wata’ala, perbuatan Allah kepada hamba-hamba yang baik atau hamba-hamba yang tidak baik, segala perintah dan larangan Allah subhanahu wata’ala dan lain sebagainya. Maka sampai disini kita telah selesai dari pembahasan makna ( باسم الله الرحمن الرحيم ). Pembahasan berikutnya kita lanjutkan pada majelis yang akan datang insyaallah.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, agar dijauhkan dari kita segala musibah, musibah yang zhahir dan musibah yang bathin. Kita tidak hanya memandang musibah yang zhahir saja, sebab musibah yang zahir juga disebabkan oleh musibah yang bathin yaitu dosa-dosa yang diperbuat, karena dosa-dosa itulah musibah-musibah muncul, maka kita yang telah berbuat dosa-dosa itu maka seakan-akan kita juga telah membuat musibah-musibah itu datang dan menimpa kita. Semoga Allah subhanahu wata’ala memaafkan dan mengampuni seluruh dosa-dosa kita dan semakin mempermudah kita untuk berbuat hal-hal yang luhur serta semakin mempermudah kita untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa. Dan semoga Allah subhanahu wata’ala segera mengangkat musibah-musibah yang sedang menimpa kita, dan musibah-musibah mendatang yang akan menimpa kita, dan semoga Allah subhanahu wata’ala membimbing kita dalam menghadapi kehidupan kita. Ya Allah kami titipkan kepada namaMu yang terindah seluruh sisa kehidupan kami di masa mendatang di dunia dan akhirat, dan kami titipkan pada samudera pengampunanMu segala dosa-dosa kami, dosa ayah bunda kami, dosa keluarga dan kerabat kami, serta dosa-dosa saudara/i kami muslimin dan muslimat. Wahai Yang Memiliki dunia dan akhirat, kepada siapa kami memohon dan meminta selain kepadaMu. Engkaulah Yang Maha Abadi dan Maha Sempurna.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
 
Blogger Templates